statistik

Sabtu, 23 Februari 2013

SOLUSI BANJIR DENGAN DEEP TUNNEL

SOLUSI BANJIR DENGAN MEMBANGUN DEEP TUNNEL RESERVOIR SYSTEM (DTRS)
Wilayah DKI Jakarta dan kota-kota disekitarnya sering dihadapkan pada kondisi kritis berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air. Banjir pada musim hujan, mengalami krisis air baku sepanjang waktu, masih rendahnya cakupan layanan ait minum, eksploitasi air tanah yang berlebihan, sangat rendahnya tingkat pelayanan penanganan limbah domestik yang semakin mencemari air tanah dan tercemarnya aliran air 13 sungai yang melewati kota Jakarta adalah merupakan akumulasi permasalahan yang memerlukan penanganan segera.
Penanganan masalah krusial tersebut selama ini dilakukan secara parsial dan kurang adanya koordinasi yang baik. Untuk menangani masalah tersebut membutuhkan permbangunan sistem infrastruktur yang untuk mewujudkan dibutuhkan biaya besar. Diantaranya adalah dalam pembebasan tanah sebagaimana saat ini dihadapkan oleh Pemda DKI.
Deep Tunnel Reservoir System (DTRS) merupakan suatu emerging technology yang sudah dikembangkan di beberapa kota besar di luar negeri dalam upaya pengendalian banjir dan pengelolaan limbah cair. Fungsi DTR adalah menyimpan kelebihan air hujan (pengendalian banjir) dalam suatu reservoir bawah tanah pada musim hujan bersamaan dengan limbah rumah tangga. Air yang ditampung dalam DTR kemudian dipompakan ke permukaan untuk diolah (reklamasi) sebelum kemudian digunakan sebagai air baku bagi PAM dan sisanya dibuang ke sungai-sungai yang ada dalam upaya perbaikan kualitas air sungai di DKI Jakarta.
DTRS mengaplikasikan green technology atau teknologi ramah lingkungan sehingga tidak mencemari lingkungan karena sistem ini merupakan sistem salurah reservoir bawah. Sistem ini merupakan integrated system dari KBT dan KBB.
DTRS dinilai paling efektif dibandingkan dengan pembangunan sistem pengendalian banjir seperti waduk, kanal, sungai purba, dan sumur resapan. Sebab DTRS dapat menanggulangi banjir, mengatasi kelangkaan air baku PAM, penanganan limbah cair, konservasi air tanah, dan perbaikan kualitas sungai.
Untuk membangung Waduk Ciawai dibutuhkan dana Rp. 4,3 triliun, dan untuk membangunnya pun tidak mudah dilakukan karena terganjal pembebasan lahan. Sementara dengan membangun waduk, dari lima manfaat deep tunnel, waduk hanya mampu untuk penanganan banjir dan mengatasi kelangkaan air baku PAM.
Komparasi biaya pembangunan DTRS dan sistem penanganan konvensional adalah sebagai berikut:
·         Pembangunan sistem pengendalian banjir dibutuhkan dan Rp. 5 triliun
·         Pembangunan sistem pengelolaan limbah cair Rp. 11 triliun
·         Pembangunan alternatif sistem penyediaan air baku Rp. 2,4 triliun
·         Biaya perbaikan kualitas lima sungai Rp. 5 triliun
Sehingga total biaya pembangunan dan kerugian adalah Rp. 41,4 triliun.

Untuk membangun DTRS dari tahap awal sampai akhir selama 15 tahun, biaya yang dibutuhkan hanya Rp.21 triliun. Jumlah ini memang terlalu besar, namun sebanding dengan nilai lebih yang ditawarkan dan segi manfaat yang lebih besar. Karenanya bila dihitung dengan analisis makro untuk DTRS yaitu, perkiraan total biaya berdasarkan potensi genangan air pada 34 lokadi krusial yang bisa menampung 65 juta m3. DTRS juga bisa mengolah limbah cair sebesar 360 juta m3 per tahun. Tak hanya itu, ada tambahan kebutuhan air baku PAM sebesar 24 juta m3 per bulan.
Pembangunan terowongan air ini sudah dilakukan beberapa kota besar di dunia, seperti Hongkong, Kuala Lumpur, Singapura, dan Chicago. Pembangunan terowongan air di luar begeri merupakan proyek patungan pemerintah pusat dan daerah. Persentasenya bahkan lebih besar pemerintah pusat yang mencapai 75 persen, sedangkan sisanya ditanggung pemerintah daerah.
Jika di Singapura deep tunnel dibangun spangjang 70 kilometer selama tiga tahun, maka di Jakarta yang hanya 17 kilometer dimungkinkan dibangun satu sampai dua tahun. Pembangunan terowongan air dipastikan tidak akan mengalami masalah rumit seperti pembangunan KTB yang terganjal masalah pembebasan lahan. Pasalnya terowongan air ini dibangun 100 meter dibawah tanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar