statistik

Sabtu, 05 Februari 2011

keunikan fisik indonesia


1.    Letak dan luas
a)      Nilai sosial ekonomi yang strategis
b)      Kemelimpahan dan keanekaragaman sumber daya alam dan sumber daya hayati
c)      Ancaman bahaya dan bencana
d)     Intervensi dari luar
e)      Suatu kebanggaan dan keperayaan diri bangsa
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Negara ini juga memiliki posisi geografis yang unik sekaligus menjadikannya strategis. Hal ini dapat dilihat dari letak Indonesia yang berada di antara dua samudera dan dua benua sekaligus memiliki perairan yang menjadi salah satu urat nadi perdagangan internasional. Posisi ini menempatkan Indonesia berbatasan laut dan darat secara langsung dengan sepuluh negara di kawasan. Keadaan ini menjadikan Indonesia rentan terhadap sengketa perbatasan dan ancaman keamanan yang menyebabkan instabilitas dalam negeri dan di kawasan.
Letak geografis merupakan salah satu determinan yang menentukan masa depan dari suatu negara dalam melakukan hubungan internasional. Meski untuk sementara waktu sedang diacuhkan, kondisi geografis suatu negara akan menentukan peristiwa-peristiwa yang memiliki pengaruh secara global. Robert Kaplan menuturkan bahwa geografi secara luas akan menjadi determinan yang mempengaruhi berbagai peristiwa lebih dari pada yang pernah terjadi sebelumnya (Foreign Policy, May/June, 09). Di masa yang akan datang, keberadaan Indonesia akan dipengaruhi oleh kondisi dan letak geografisnya. Maka tata kelola sumber daya alam, wilayah perbatasan dan pertahanan yang mumpuni sangat diperlukan.
Dikarenakan letaknya yang strategis semenjak dulu Indonesia telah menjadi arena  perebutan pengaruh oleh pihak asing. Negara ini telah melalui beberapa periodisasi penguasaan dan perebutan pengaruh, mulai dari Portugal, Belanda, hingga Amerika Serikat dan Uni Soviet ketika Perang Dingin. Di masa mendatang tidak menutup kemungkinan Indonesia akan kembali menjadi wilayah perebutan pengaruh oleh negara-negara besar. Hal ini bisa dilihat dengan kemunculan China sebagai hegemon baru di kawasan yang telah menggeser perimbangan kekuasaan sekaligus mengikis pengaruh Amerika di kawasan.
Selain itu Indonesia dan kawasan sekitarnya dapat menjadi daerah rawan sengketa. Sengketa ini bisa terjadi mengingat Indonesia masih belum menyelesaikan masalah-masalah semisal batas laut dengan negara-negara seperti, Australia, Filipina, Palau, Papua Nugini dan Timor Leste. Proses perundingan perbatasan membutuhkan waktu yang lama, sementara itu hal ini akan menjadikan Indonesia rentan terhadap pengaruh asing akibat kontrol di perbatasan yang lemah. Mulai dari kejahatan transnasional hingga terorisme sangat mungkin dilakukan di Indonesia yang sangat luas dengan kondisi geografisnya dan pengawasan yang terbatas.
Secara ringkas, hubungan antara posisi geografis yang strategis dan keberadaan negara Indonesia di masa mendatang akan ditentukan oleh dua hal. Pertama, seberapa baik negara ini menyelesaikan proses perundingan perbatasan. Hasil dari perundingan perbatasan dengan negara lain akan menentukan strategi pengelolaan perbatasan dan pertahanan. Kedua, strategi yang akan dilakukan Indonesia dalam mengantisipasi pengaruh China dan negara besar lainnya di kawasan Asia Timur.
Penting untuk diketahui oleh masyarakat Indonesia bahwa letak dan kondisi geografis negara ini sangat mempengaruhi keberadaanya di masa depan. Masyarakat juga perlu untuk menyadari bahwa menyandarkan pemerintah seorang diri untuk mengahadapi tantangan atas fakta geografis dari negara ini adalah hal yang keliru. Pemerintah memiliki keterbatasan untuk mengatasi dan menginisiasi tantangan di masa depan seorang diri. Kita juga perlu untuk mendukung pemerintah dikarenakan masa depan masyarakat Indonesia dipertaruhkan di sini. Sudah saatnya masyarakat melihat kembali atlas wilayah Indonesia untuk setidaknya mengetahui dimana letak Palau berada dan pulau-pulau terluar negara ini.
Masa depan Indonesia tidak dapat dilepaskan dari letak dan kondisi geografisnya. Patut diingat, masyarakat banyak yang kecewa ketika Pulau Sipadan-Ligitan lepas dari wilayah Indonesia meski awalnya mereka tidak tahu atau bahkan peduli dengan keberadaan pulau tersebut. Ketidak-pedulian dan ketidak-tahuan kita terhadap wilayah dan geografi Indonesia akan berujung bencana bagi diri sendiri. Geografi akan menjadi determinan yang menentukan masa depan Indonesia adalah hal yang tidak dapat dipungkiri lagi. Namun perlu untuk digaris bawahi bahwa keberadaan Indonesia di masa mendatang terletak pada seberapa jauh masyarakat mengenali dan memahami wilayah yang kita tinggali saat ini.
2.    Kondisi Iklim
a)      Tidak ekstrem
b)      Curah hujan bervariasi
c)      Periode basah dan periode kering dengan periode ulang 30 tahun
d)     Implikasi curah hujan tinggi  :
·         Pencucian tanah, Miskin unsur hara
·         Erosi aktif
·         Banjir dan kekeringan
·         Penjenuhan tanah          longsor
e)      Suhu berkisar 14,6 hingga 35,6 °C
f)       Penyinaran matahari 11-12 jam sehari
Iklim bisa diartikan sebagai kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Studi tentang iklim dipelajari dalam meteorologi sedangkan ilmu yang mempelajari tentang iklim adalah klimatologi. 
Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi. Terdapat beberapa klasifikasi iklim di bumi ini yang ditentukan oleh letak geografis. Secara umum kita dapat menyebutnya sebagai iklim tropis, lintang menengah dan lintang tinggi.
Iklim yang di kenal di Indonesia ada tiga iklim antara lain terdiri dari iklim musim (muson), iklim tropika (iklim panas), dan iklim laut.
  1. Iklim Musim (iklim Muson)
    Iklim Muson terjadi karena pengaruh angin musim yang bertiup berganti arah tiap-tiap setengah tahun sekali. Angin musim di Indonesia terdiri atas Musim Barat Daya dan Angin Musim Timur Laut.
    • Angin Musim Barat Daya.
      Angin Musim Barat Daya adalah angin yang bertiup antara bulan Oktober sampai April sifatnya basah. Pada bulan-bulan tersebut, Indonesia mengalami musim penghujan
    • Angin Musim Timur Laut.
      Angin Musim Timur Laut adalah angin yang bertiup antara bulan April sampai Oktober, sifatnya kering. Akibatnya, pada bulan-bulan tersebut, Indonesia mengalami musim kemarau.
  1. Iklim Tropika (Iklim Panas)
    Indonesia terletak di sekitar garis khatulistiwa. Akibatnya, Indonesia termasuk daerah tropika (panas). Keadaan cuaca di Indonesia rata-rata panas mengakibatkan negara Indonesia beriklim tropika (panas), Iklim ini berakibat banyak hujan yang disebut Hujan Naik Tropika.
  2. Iklim Laut.
    Negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagian besar tanah daratan Indonesia dikelilingi oleh laut atau samudra. Itulah sebabnya di Indonesia terdapat iklim laut. Sifat iklim ini lembab dan banyak mendatangkan hujan.
Dengan kondisi Indonesia yang terletak di garis katulistiwa, kita dapat memanfaatkan energi surya yang melimpah dan mudah didapat. intensitas radiasi matahari rata-rata sekitar 4.8 kWh/m2 per hari di seluruh wilayah Indonesia. Dengan berlimpahnya sumber energi surya yang belum dimanfaatkan secara optimal, sedangkan di sisi lain ada sebagian wilayah Indonesia yang belum terlistriki karena tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN, sehingga Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan sistemnya yang modular dan mudah dipindahkan merupakan salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan sebagai salah satu pembangkit listrik alternatif. Sayangnya biaya pembangkitan PLTS masih lebih mahal apabila dibandingkan dengan biaya pembangkitan pembangkit listrik tenaga konvensional, karena sampai saat ini piranti utama untuk mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik (modul fotovoltaik) masih merupakan piranti yang didatangkan dari luar negeri.
Indonesia mempunyai intensitas radiasi yang berpotensi untuk membangkitkan energi listrik, dengan rata-rata daya radiasi matahari di Indonesia sebesar 1000 Watt/m². Data hasil pengukuran intensitas radiasi tenaga surya di seluruh Indonesia yang sebagian besar dilakukan oleh BPPT dan sisanya oleh BMG dari tahun 1965 hingga 1995 ditunjukkan pada Tabel 1.

3. Kondisi geologi Indonesia
a)      Struktur geologi, batuan, dan stratigrafi kompleks
b)      Banyak menganudng sumber daya mineral atau batuan dan bahan tambang
c)      Rawan bencana geologi: gempa, tsunami, dan longsoran
d)     Implikasi kondisi geologi :
·         Kaya sumber daya mineral, batuan, dan bahan tambang
·         Distribusi tidak merata
·         Sering menjadi sumber konflik
·         Sebagai incaran bagi bangsa atau Negara lain
·         Rawan terhadap bencana alam geologi
·         Pemanfaatannya sering menimbulkan kerusakan lingkungan


Salah satu hal menarik dalam pembahasan keunikan geologi Indonesia adalah keterkaitannya dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Bagaimana kondisi geologi dapat mempengaruhi kondisi sosial ekonomi akan saya bahas secara mendalam di bawah ini.
Contoh mudah dari keterkaitan tersebut adalah wilayah Jawa Timur. Kemiskinan dan keadaan geologi Jawa memiliki keterkaitan yang kuat.
Peta kemiskinan Jawa Timur diperoleh dari publikasi ‘Analisis Indikator Makro Propinsi Jawa Timur 2004’ yang dirilis oleh BPS dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang kemudian diplot pada sebuah peta. Sedangkan Peta geologi Jawa Timur disadur dari buku ‘The Geology of Indonesia’ yang diterbitkan pada 1949 oleh geologiwan Belanda RW. van Bemmelen.
Di dalam peta tersebut, Jawa Timur dibagi secara bentang fisiografis menjadi enam zona yang membentang barat-timur. Berikut dibahas keterkaitan antara kondisi geologi dengan kemiskinan pada enam zona fisiografis tersebut.

1. Antiklinorium Rembang (Zona Rembang),
Zona ini meliputi pantai utara Jawa yang membentang dari Tuban ke arah timur melalui Lamongan, Gresik, dan hampir keseluruhan Pulau Madura. Merupakan daerah dataran yang berundulasi dengan jajaran perbukitan yang berarah barat-timur dan berselingan dengan dataran aluvial. Lebar rata-rata zona ini adalah 50 km dengan puncak tertinggi 515 m (Gading) dan 491 (Tungangan). Litologi karbonat mendominasi zona ini dan tampak sebagai tinggian terumbu karang purba di beberapa tempat dari Tuban hingga Gresik.
Aksesibilitas cukup mudah apalagi dilewati oleh jalur lintas utara/pantura. Karakter tanah keras pada batu gampingnya dan lunak pada dataran aluvialnya. Potensi pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat ada pada bidang perikanan, pertambakan dan industri garam di daerah pesisir, industri kapur, pariwisata gua-gua kapur, olah raga panjat tebing, penggalian batu kapur, batu pasir kuarsa (Formasi Ngrayong) dan industri pengolahannya, serta pertanian lahan kering. Pembangunan pelabuhan dan pusat-pusat perikanan di daerah pesisir perlu juga mempertimbangkan aspek geologi guna keoptimalan kegunaannya kelak.
Dari peta kemiskinan, tampak bahwa kemiskinan di zona ini berkisar pada angka 15-30% atau sedang, kecuali Gresik (8,81%) dan Sampang (39,33%). Potensi migas pada zona ini, termasuk juga di Pulau Madura sangat besar. Beberapa perusahaan migas beroperasi di zona ini. Untuk itu perlu ditingkatkan perolehan pemda-pemda untuk kesejahteraan masyarakatnya.
2. zona depresi Randublatung,
Zona Randublatung berupa zona yang datar yang diapit oleh dua zona perbukitan (Zona Rembang dan Zona Kendeng) yang membentang dari Cepu, Dander, Ngimbang, Wonokromo, dan Surabaya. Karakter tanahnya lunak karena sebagian besarnya ditutupi oleh batu lempung, aksesibilitas mudah, adanya aliran Bengawan Solo memungkinkan untuk berperan dalam irigasi persawahan. Untuk itu, potensi pertanian perlu diperhatikan untuk menjadi prioritas pembangunan. Di beberapa titik, adanya bukit-bukit terisolir batu gamping seperti di Dander, Bojonegoro, dapat digunakan untuk industri oleh masyarakat setempat  untuk meningkatkan penghasilannya.
Dataran yang rata sangat cocok untuk kawasan perumahan dan pemerintahan yang nantinya akan terbentuk sarana-sarana ekonomi masyarakat dengan sendirinya.
Di bidang industri migas, zona ini sudah menjadi primadona sejak lama. Pengoptimalan bagi hasil kepada pemerintah daerah setempat dapat digunakan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pada zona fisiografis ini, catatan presentase kemiskinan menunjukkan angka sedang (15-30%) sampai rendah (Gresik dan Surabaya). Di Surabaya sendiri, sebagai ibukota provinsi, masalah kemiskinan lebih dikarenakan faktor urbanisasi.
3. Antiklinorium Kendeng (Zona Kendeng),
Merupakan zona perbukitan yang membentang dari Kabupaten Bojonegoro bagian selatan, Jombang, Mojokerto, dan berakhir di dataran alluvial Sungai Berantas. Jajaran perbukitan tersebut memberikan arah kelurusan barat-timur dan tersusun oleh sedimen laut berumur Tersier.  Di Ngawi, zona ini terpotong oleh Bengawan Solo membentuk depresi lokal.
Merupakan tantangan baru bagi pengembangan eksploitasi migas seiring dengan ditemukannya beberapa sumur pada Zona Kendeng ini seperti daerah Wunut, Mojokerto dan Tanggulangin, Sidoarjo. Adanya industri migas ini diharapkan dapat memberikan pendapatan lebih pada penduduk sekitar pada khususnya dan bagi Pemerintah Daerah setempat pada khususnya.
Potensi pengembangan wilayahnya ada pada pertanian lahan kering, kehutanan, industri kapur, dan pariwisata. Pembangunan bendung irigasi dapat diprioritaskan pada zona ini mengingat di sebelah utaranya adalah Zona Randublatung yang sangat datar dan potensial untuk area persawahan.
Peta distribusi kemiskinan menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di zona ini sedang (15-30%), kecuali pada ujung timur (Sidoarjo) dimana muara aliran Sungai Berantas yang bercabang dua menjadi Sungai Surabaya/Kali Mas dan Sungai Porong. Daerah ini dulunya merupakan pusat pelabuhan kerajaan Majapahit sehingga sudah merupakan sarana ekonomi bagi masyarakat.

4. Zona pusat depresi Jawa (Zona Solo, subzona Ngawi)
Zona depresi Jawa merupakan sebuah depresi lipatan sinklin yang berbatasan di utara dengan Zona Kendeng. Morfologinya datar dengan sedikit undulasi. Aksesibilitas baik. Cocok untuk pertanian khususnya lahan kering. Aliran sungai dari jajaran gunung api di bagian selatannya dapat dibendung di sini, guna irigasi dan keperluan lain-lain.
Selain itu, zona ini sendiri terkenal di kalangan ilmuwan lokal dan mancanegara sebagai pusat peradaban  kuno dengan ditemukannya situs-situs arkeologi berskala dunia seperti di Sangiran, Trinil, Ngandong, dan Perning. Termasuk pula keterkaitan situs kerajaan Majapahit (Trowulan, Mojokerto) dengan kajian geologinya. Potensi ini bisa dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah kawasan wisata yang menarik dan memberikan manfaat lebih kepada masyarakat sekitar.
5. Gunung api kuarter
Zona ini meliputi area Gunung Wilis di sebelah barat Magetan, Gunung WIlis di sebelah timur Ponorogo, Gunung Arjuno, Gunung Bromo dan Gunung Semeru, Gunung Argopuro, dan Gunung Raung di Banyuwangi. Termasuk di antaranya adalah dataran intramontane atau di antara gunung-gunung seperti Dataran Kediri, Dataran Blitar dan Dataran Malang.
Kondisi topografi yang tinggi memungkinkan untuk mendapatkan curah hujan yang cukup tinggi, iklim yang sejuk, tanah hasil pelapukan endapan vulkanik yang sifatnya subur, dan menyerap air. Potensi bencana yang mengancam adalah letusan gunung api, gempa vulkanik, dan longsor pada lereng-lerengnya.
Potensi yang harus dikembangkan adalah perkebunan, pariwisata alam, kehutanan terutama pada daerah puncak gunung, konservasi alam, dan penambangan golongan pasir, batu, dan tras. Dan didukung oleh pembukaan jalan dari titik-titik tersebut dengan sentra-sentra ekonomi seperti pasar yang biasanya berada pada batas lekuk lereng yang berbeda.
Catatan distribusi kemiskinan pada daerah ini sangat buruk. Kantong-kantong kemiskinan banyak terdapat di Kabupaten Probolinggo dan Bondowoso yang keduanya memiliki angka kemiskinan di atas 30%. Diharapkan, telaah potensi di atas dapat dijadikan pertimbangan arah pembangunan ke depannya. Kontrasnya, pada Dataran Kediri, Malang, dan Blitar, tingkat kemiskinan rendah (10-15%).
6. Pegunungan Selatan
Merupakan daerah pegunungan dengan lembah-lembah terjal di bagian selatan Jawa Timur, membentang dari Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang selatan, dan Jember. Aksesibilitas sukar karena keadaan morfologinya yang kasar. Rawan bencana seperti longsor, gempa bumi, dan tsunami di pantai landai.
Banyak kantong-kantong miskin ada di daerah ini. Potensi pengembangan terdapat pada perkebunan, pertanian lahan kering, penambangan logam dan mineral (emas, tembaga, zeolit, bentonit) serta di lokasi-lokasi tertentu memungkinkan penambangan batugamping dan andesit, pariwisata berupa arung jeram dan gua-gua kapur. Pembangunan bendungan untuk berbagai keperluan potensial untuk dibangun.
Perusahaan saya sekarang, PT Antam Tbk, sudah berkali-kali menyusuri zona ini untuk eksplorasi mineral emas dan tembaga, namun sepertinya tidak menemukan cadangan yang signifikan. Tiga daerah sudah diriset, yaitu Blitar, Pacitan, dan Malang Selatan.

Solusi Melalui Pendekatan Geologi
Dari gelung sebab akibat , maka kondisi alam/geologi dari lingkungan hidup masyarakat berperan dalam sistem penyebab kemiskinan yang rendahnya energi fisik dan pikir (IPTEK) dan sistem budaya tidak produktif. Kondisi geologi yang tidak bersahabat meliputi kurangnya sumber daya alam strategis, tidak subur, sukar air, banyak gangguan bencana alam, serta letaknya yang sukar dijangkau atau terisolasi.
Maka dari segi kendala alam tesebut adalah sangat penting untuk kalau mampu dan pelan-pelan mengubahnya sehingga bersifat mendukung untuk menaikkan daya dukungnya terhadap kehidupan.
Peran geologi di sini dapat diejawantahkan dalam bentuk pengadaan air bersih untuk penduduk baik untuk aktivitas sehari-hari sampai dengan pembangunan bendung dan bendungan di lokasi yang tepat untuk kepentingan yang lebih besar semisal irigasi, perikanan, dan bahkan PLTA. Ilmu geologi dapat juga dipraktekkan untuk eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam baik golongan A, B, maupun C yang didukung teknologi tepat guna dan berwawasan lingkungan berdasarkan data geologi yang tepat.
Aplikasi ilmu geologi dapat pula digunakan untuk mendukung program pengentasan kemiskinan melalui peningkatan potensi lokal seperti pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan pengolahannya yang semuanya itu didukung oleh data-data lokal termasuk data geologi. Seperti pada pemilihan lahan yang subur, lokasi pertambakan, lokasi industri dan buangan limbahnya, dll. Dan kesemua ini harus didukung oleh pembukaan jalan untuk daerah terisolir yang menghubungkan antar desa, kecamatan, kota, dan provinsi.
Industri pariwisata dapat digalakkan pada daerah yang kurang bersahabat ataupun terisolir karena kandungan kemurnian alam yang masih belum terjamah tangan-tangan manusia. Hal ini dapat menjadi nilai tambah bagi daerah-daerah yang terisolir seperti halnya Pacitan,
Segala upaya tersebut diharapkan dapat menggerakkan sentuhan-sentuhan terhadap sumber daya alam sekitarnya yang kurang bersahabat menjadi hal yang dapat memberi nilai tambah yang lebih besar yang berujung pada entasnya kemiskinan.
4.    Keunikan Kondisi Geomorfologi
a)      Bervariasi dan kompleks
b)      Satuan bentuk lahan: denudasional, structural, vulkanik, depositional
c)      Karakteristik bentuk lahan bervariasi: relief, topografi, batuan penyusun, dan proses geomorfiknya
d)     Setiap satuan bentuk lahan mempunyai karakteristik dan kualitas yang dapat digunakan untuk penilaian penggunaannya
e)      Implikasi keunikan kondisi geomorfologi:
·         Banyak bentuk lahan yang potensial untuk aktifitas manusia.
·         Pemanfaatan lahan sering kurang memperhatikan karakter dan kualitas bentuk lahan sehingga banyak menimbulkan kerusakan atau degradasi lingkungan.
·         Daerah rawan bencana banyak yang menjadi konsentrasi penduduk, banyak kehilangan dan kerugian.
Contoh keunikan geomorfologi Indonesia yang saya bahas dalam poin ini adalah daerah Yogyakarta. Dilihat dari satuan fisiografis dan geologis Daerah Istimewa Yogyakarta, secara keseluruhan mempunyai kondisi geomorfologi yang beraneka ragam, antara lain :
1        Satuan Gunung Merapi
Satuan Gunung Api Merapi yang terbentang mulai dari kerucut gunung api  hingga dataran fluvial gunung api yang meliputi daerah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Kabupaten Bantul termasuk bentang lahan vulkanik. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung dan sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Satuan wilayah ini terletak pada zone utara di Kabupaten Sleman. Gunung Merapi yang mempunyai karakteristik khusus, menjadi daya tarik untuk dapat dijadikan sebagai obyek studi kegunungapian dan pariwisata. Namun demikian, kawasan ini rawan bencana alam.
2        Satuan Pegunungan Selatan
Satuan Pegunungan Selatan yang terletak di Kabupaten Gunungkidul, atau dikenal sebagai Pegunungan Seribu merupakan wilayah perbukitan batu gamping (limestone) yang kritis, tandus dan selalu kekurangan air dengan bagian tengah terdapat dataran (Wonosari Basin). Wilayah ini merupakan bentang lahan solusional, dengan bahan batuan induk batu gamping, mempunyai karakteristik lapisan tanahnya dangkal dan vegetasi penutupnya relatif jarang. Sebagai akibat proses pengangkatan, kawasan batugamping yang berkembang di bagian paling selatan dari Pegunungan Selatan, khususnya di wilayah Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan, berkembang menjadi topografi karst dengan sistem drainase bawah tanahnya (subterranean drainage). Sementara itu, kenampakan platonya pun pada akhirnya berubah menjadi bukit-bukit kecil berbentuk kerucut (conical hillocks) yang dikenal dengan Gunung Sewu. Di sisi selatannya, hantaman gelombang Samudera Hindia terus-menerus membentuk lereng-lereng terjal (cliff), yang di beberapa tempat diselingi oleh teluk-teluk yang sebagian terhubung dengan wilayah pedalaman melalui lembah-lembah kering.
Di sisi utaranya, perbukitan kerucut Gunung Sewu berbatasan dengan dua buah ledok (basins), yaitu Ledok Wonosari di bagian barat dan Ledok Baturetno di bagian timur. Ledok Wonosari hingga kini masih mempertahankan pola drainase aslinya di aliran Sungai Oyo, yang mengalir menembus tebing-tebing tinggi di ujung barat. Ledok Baturetno di daerah Wonogiri, yang semula merupakan daerah hulu dari sebuah sungai yang mengalir ke selatan, sebagaimana ditunjukkan melalui Lembah Giritontro yang membelah Gunung Sewu ke arah Samudera Hindia, akhirnya berubah menjadi anak sungai bagi Bengawan Solo yang hingga saat ini mengalir ke utara. Di sisi utara kedua ledok terdapat punggungan-punggungan tinggi dengan sisa-sisa planasinya yang tetap dipertahankan. Batas utara dari punggungan tersebut berupa tebing curam (steep escarpment), memanjang mulai daerah Parangtritis ke utara, di selatan Prambanan berbelok ke arah timur hingga Wonogiri. Di sebelah utaranya membentang dataran rendah, di mana lipatan batuan yang lebih tua turun cukup dalam, tertutup oleh kipas-kipas fluvio-volkanik muda dari beberapa gunung api
3        Satuan Pegunungan Kulon Progo
Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang terletak di Kabupaten Kulon Progo bagian utara merupakan bentang lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit yang mempunyai kendala lereng yang curam dan potensi air tanahnya kecil.
Stratigrafis yang paling tua di daerah Pegunungan Kulon Progo dikenal dengan Formasi nanggula, kemudian secara tidak selaras diatasnya diendapkan batuan-batuan dari Formasi Jonggaran dan Formasi Sentolo, yang menurut Van Bemmmelen (1949), kedua formasi terakhir ini mempunyai umur yang sama, keduanya hanya berbeda faises. Formasi Nanggulan merupakan formasi yang paling tua di daerah pegunungan Kulon Progo, penyusun batuan dari formasi ini menurut Wartono Raharjo (1977) terdiri dari Batupasir dengan sisipan Lignit, Napal pasiran, Batulempung dengan konkresi Limonit, sisipan Napa dan Batugamping, Batupasir dan Tuf serta kaya akan fosil foraminifera dan Moluska. Litologi dari Formasi Jonggrangan ini tersingkap baik di sekitar desa Jonggrangan, bagian bawah dari formasi ini terdiri dari Konglomerat yang ditumpangi oleh Napal tufan dan Batupasir gampingan dengan sisipan Lignit. Batuan ini semakin ke atas berubah menjadi Batugamping koral (Wartono rahardjo, dkk, 1977). Litologi penyusun Formasi Sentolo ini di bagian bawah, terdiri dari Aglomerat dan Napal, semakin ke atas berubah menjadi Batugamping berlapis dengan fasies neritik. Batugamping koral dijumpai secara lokal, menunjukkan umur yang sama dengan formasi Jonggrangan, tetapi di beberapa tempat umur Formasi Sentolo adalah lebih muda (Harsono Pringgoprawiro, 1968: 9).
4        Satuan Dataran Rendah
Satuan Dataran Rendah merupakan bentang lahan fluvial yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang di bagian selatan Daerah Istimewa Yogyakarta mulai dari Kabupaten Kulon Progo sampai dengan Kabupaten Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Wilayah ini merupakan daerah yang subur. Bentang Lahan lainnya yang belum didayagunakan secara ptimal adalah bentang lahan marin dan eolin yang merupakan satuan wilayah pantai, yang terbentang dari Kulon Progo sampai Bantul. Khusus di Parangtritis Bantul yang terkenal dengan gumuk pasir menjadi laboratorium alam studi geografi.
Secara terperinci keadaan geomorfologi dan bentang lahan dari Daerah Istimewa Yogyakarta – Parangtritis antara lain
1.  Yogyakarta (Terban Bantul)
Dataran alluvial disebelah selatan Kota Yogyakarta berasal dari kegiatan vulkanis muda (akhir plestosen/awal holosen) dari gunung api merapi. Dari Yogyakarta hingga Parangtritis, struktur geologisnya merupakan struktur terban (graben structure) yang berkaitan dengan pengangkatan dan amblesan pada pleistosen tengah. Struktur terban ini juga sering disebut Terban Bantul (Bantul Graben). Daerah ini mengalami pengendapan bahan vulkanis dari gunung merapi melalui lahar atau pengendapan sungai biasa (reworked and redeposited volcanic materials). Bahan alluvial ini dengan jelas menutupi suatu topografi bekas, seolah – olah daerah ini terendam oleh sedimen alluivial. Beberapa bukit dari topografi yang terkubur masih muncul keluar dari sedimen alluvial (alluvial blanket) berbentuk seperti pulau – pulau.
2.  Krinjing
Tanah desa krinjing terletak pada jalur Siluk – Parangtritis. Singkapan batuan akibat proses erosi dan aktivitas penduduk dalam pembuatan teras – teras penorehan oleh penduduk, batuan aliran lava dengan isian fragmen batuan breksi andesitis, tanah latosol – litosol.
Pada lokasi ini dapat dilihat batuan vulkanik yang berasal dari suatu jalur gunung api dengan umur akhir Oligosen/ awal Miosen. Jalur gunung api ini pernah menjadi pulau – pulau pada laut dangkal, dengan posisi jalurnya kira – kira sejajar dengan pantai selatan jawa sekarang. Pada daerah ini merupakan daerah dengan perwujudan dataran vulkanik yang merupakan singkapan dari aliran lava yang sudah lapuk (chemically weathered).
3.  Putat (Tempuran Kali Opak dengan Kali Oyo)
Pada daerah ini memiliki satuan geomorfologis berupa bentukan lahan asal fluvial. Daerah Putat berada disebelah selatan Sungai Opak dan Sungai Oyo dan sebelah timur Sungai Opak hilir yang mempunyai bentukan lahan seperti tanggul alam Sungai Opak,  lereng fluvial serta gosong pantai.
Tanggul alam Sungai Opak membujur  sejajar dengan tubuh sungai. Tanggul alam berkembang baik hanya disebelah utara alur sungai, sedangkan yang ada diselatan tidak berkembang baik karena adanya tanggul secara terpisah. Pada alur Sungai Opak maupun Sungai Oyo terdapat endapan pasir yang bersifat dinamis tergantung pada debit dan kompetensi sungai. Endapan pasir ini disebut sebagai gosong pantai, dimana saat debit air sungai kecil maka terjadilah endapan pasir dan kerikil sungai tersebut dan muncul diatas permukaan air sungai.
4.  Parangtritis
a         Grogol
Di Grogol, selatan terdapat aliran lava andesit dan pembentukan gumuk pasir (sand dune). Disebelah utara Parangtritis, beberapa aliran lava tersingkap di pinggir jalan. Lava ini belum diubah oleh pelapukan dan dapat digolongkan sebagai andesit sampai basalt. Lava ini termasuk dalam kegiatan vulkanik pertama di Jawa, yakni akhir Oligosen / awal Miosen. Ciri khas batuan ekstrusif dibandingkan dengan batuan yang intrusif adalah keseragaman ukuran kristalnya.
b        Pantai Parangtritis
Daerah Parangtritis, dekat muara Kali Opak, dapat dijumpai banyak gumuk pasir (sand dunes), yang biasanya tidak terdapat pada suatu iklim yang tropis dan humid. Gumuk – gumuk pasir ini terjadi dari pasir hitam yang terbawa ke laut oleh Kali Progo dan Kali Opak dari material vulkanik hasil letusan Gunung Api Merapi. Pasir hitam ini terendapkan dimuka muara jenis sungai. Oleh kombinasi ombak (yang kuat diselatan) dan arus laut, endapan pasir itu tersebar disepanjang pantai dan membentuk gisik tepi laut (beach).
Terbentuknya gumuk pasir di pantai selatan tersebut merupakan hasil proses yang dipengaruhi oleh angin, Gunung Merapi, Graben Bantul, serta Sungai Opak dan Progo. Pengaruh dari Gunung Merapi. Material yang ada pada gumuk pasir di pantai selatan Jawa berasal dari Gunung Api Merapi dan gunung gunung api aktif lain yang ada di sekitarnya. Material berupa pasir dan material piroklastik lain yang dikeluarkan oleh Gunung Merapi. Akibat proses erosi dan gerak massa bautan, material kemudian terbawa oleh aliran sungai, misalnya pada  Kali Krasak, Kali Gendol, dan Kali Suci. Aliran sungai kemudian mengalirkan material tersebut hingga ke pantai selatan. Kekuatan angin sangat berpengaruh terhadap pembentukan gumuk pasir, karena kekuatan angin menentukan kemampuannya untuk membawa material yang berupa pasir baik melalui menggelinding (rolling), merayap, melompat, maupun terbang. Karena adanya material pasir dalam jumlah banyak serta kekuatan angin yang besar, maka pasir akan membentuk berbagai tipe gumuk pasir, baik free dunes maupun impended dunes, biasanya pada daerah Parangtritis ini memiliki tipe gumuk pasir Barchan (Sabit) yaitu Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5 – 15 meter. Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin. Pada pantai selatan jawa, angin bertiup dari arah tenggara, hal ini menyebabkan sungai-sungai pada pantai selatan membelok ke arah kiri jika dilihat dari Samudra Hindia. Selain itu, karena arah tiupan angin tersebut, maka gumuk pasir yang terbentuk menghadap ke arah datangnya angin.

c      Parangkusuma
Batuan lava yang diuraikan tersingkap juga didekat pantai Parangkusuma. Batuan lava ini muncul dibelakang gumuk pasir resen. Daerah yang relative datar ini kelihatan masih didasari oleh batuan lava yang hamper mendekati pantai sekarang. Morfologi datar ini berasal dari abrasi laut sebagai pelataran abrasi (marine abrasion platform). Pelataran tersebut masih ada tetapi tetutup oleh gumuk pasir alluvium.
5.  Gunung Sewu – Gunung Kidul (Topografi Karst)
Geomorfologi Daerah Gunung Sewu, berdasarkan morfogenetik dan morfometriknya dapat dikelompokkan menjadi tiga satuan, yaitu Satuan Geomorfologi Dataran Karst, Satuan Geomorfologi Perbukitan Kerucut Karst, dan Satuan Geomorfologi Teras Pantai. Secara umum karstifikasi di daerah ini sudah mencapai tahapan dewasa. Sebagai akibat proses pengangkatan, kawasan batugamping yang berkembang di bagian paling selatan dari Pegunungan Selatan, khususnya di wilayah Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan, berkembang menjadi topografi karst dengan sistem drainase bawah tanahnya (subterranean drainage). Sementara itu, kenampakan platonya pun pada akhirnya berubah menjadi bukit-bukit kecil berbentuk kerucut (conical hillocks) yang dikenal dengan Gunung Sewu. Di sisi selatannya, hantaman gelombang Samudera Hindia terus-menerus membentuk lereng-lereng terjal (cliff).
5.    Keunikan Kondisi Hidrologi
a)      Ketersediaan sumber daya air sangat besar
b)      Distribusinya bervariasi menurut ruang dan waktu
c)      Sumber daya airnya terbatas baik jumlah maupun mutunya sedang penduduknya sangat padat
d)     Sebagian pulau memiliki sumber daya air yang besar tetapi penduduknya sangat jarang
e)      Implikasi keunikan kondisi hidrologi :
·         Sumber daya air belum dimanfaatkan secara optimal dan kurang proporsional
·         Ketersediaan air sering menimbulkan konflik kepentingan
·         Faktor yang mempengaruhi kondisi hidrologi banyak yang diganggu oleh aktifitas manusia, sehingga jumlah dan mutu yang dapat dimanfaatkan menurun.

Banyak hal yang mengganggu keberadaan sumber daya air di Indonesia, salah satunya adalah pencemaran air. Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Kemanfaatan terbesar danau, sungi, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata.
Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dll juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda:
  • Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
  • Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
  • Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
  • Seperti limbah pabrik yg mengalir ke sungai seperti di sungai citarum
Akibat dari pencamaran air adalah :
  • Dapat menyebabkan banjir
  • Erosi
  • Kekurangan sumber air
  • Dapat membuat sumber penyakit
  • Tanah Longsor
  • Dapat merusak Ekosistem sungai

Sumber daya air yang melimpah, membuat Indonesia berpotensi dalam mengembangkan pembangkit listrik tenaga air. Berikut adalah daftar PLTA di Indonesia.
1.      Angkup Terdapat di Provinsi DI Aceh
2.      Cibadak Terdapat di Provinsi Jawa Barat
3.      Cirata Terdapat di Provinsi Jawa Barat
4.      Garung Terdapat di Provinsi Jawa Tengah
5.      Jatiluhur Terdapat di Provinsi Jawa Barat
6.      Karangkates Terdapat di Provinsi Jawa Timur
7.      Lodaya Terdapat di Provinsi Jawa Timur
8.      Maninjau Terdapat di Provinsi Sumatra Utara
9.      Paiton Terdapat di Provinsi Jawa Timur
10.  Pengeran Moh. Nor Terdapat di Provinsi Kalimantan Timur
11.  Riarn Kanan Terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan
12.  Sadang Terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan
13.  Saguling Terdapat di Provinsi Jawa Barat
14.  Selorejo Terdapat di Provinsi Jawa Timur
15.  Sempor Terdapat di Provinsi Jawa Tengah
16.  Sengguruh Terdapat di Provinsi Jawa Timur
17.  Sentani Terdapat di Provinsi Papua
18.  Sigura-gura Terdapat di Provinsi Sumatra Utara
19.  Soroako Terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara
20.  Tes Terdapat di Provinsi Bengkulu
21.  Tonsea Terdapat di Provinsi Sulawesi Utara
22.  Tuntang Terdapat di Provinsi Jawa Tengah
23.  Wlingi Raya Terdapat di Provinsi Jawa Timur
24.  Wonogiri Terdapat di Provinsi Jawa Tengah


6.    Keunikan Kondisi Tanah
a)      Jenis tanah bervariasi oleh variasi iklim. Litologi, topografi, biota, dan waktu
b)      Sebagian besar tanah di Indonesia mempunyai kemampuan dan kesesuaian untuk pertanian, tetapi rawan terhadap erosi
c)      Masalah yang terkait dengan kondisi tanah: permeabilitas, kembang kerut, kandungan unsure hara, erosi, longsran, dan drainase
d)     Implikasi kondisi tanah:
·         Banyak daerah yang tanahnya telah mengalami degradasi, sehingga menjadi kritis, akibat lahan kritis berujug pada kemiskinan
·         Pemilikan tanah atau lahan sempit
·         Lahan atau tanah tidur masih sangat luas
·         Konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian
·         Kecenderungan pencemaran tanah meningkat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar