DINAMIKA
DAN TATANAN TEKTONIK DI INDONESIA
Sejarah perkembangan tektonik Indonesia yang merupakan bagian dari lempeng mikro Sunda diawali dengan pemisahan benua raksasa Gondwana yang berada di belahan bumi selatan yang dilanjutkan dengan pergeseran-pergeseran pada akhir Jura 126 juta tahun lalu. Selanjutnya pada akhir Kapur, 65 juta tahun lalu mulai terlihat bentuk lempeng mikro Sunda yang merupakangabungan dari Sumatera, Semenanjung Malaka, sebagian besar Kalimantan, dan sebagia Jawa, lempeng mikro Sunda ini sejak awal merupakan bagian dari benua Asia.
Pada 50 juta tahun kaku
atau awal Eosen, setelah benua kecil India bergabung dengan kontinen Eurasia,
ujung tenggara Asia tersesarkan lebih jauh ke arah tengga dan membentuk kawasan
Indonesia bagian barat. Pada saat itu wilayah yang terbentuk berupa gabungan
dari pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan bagian selatan Sulawesi. Pulau-pulau
di kawasan Indonesia bagian timur masih berupa laut seperti Laut Filipina dan
Samudera Pasifik, sedangkan Papua yang merupakan bagian Lempeng Australia masih
jauh berada di selatan. Pada saat ini pula, lajur penujaman di sebelah barat
Sumatera nenyambung ke selatan Jawa dan melingkari tenggara – timur Kalimantan
– Sulaweai Barat yang aktif sejak akhir Mesozoikum mulai melemah dan berhenti
pada kala Eosen.
Pada 40 juta tahun yang
lalu, Sulawesi, Halmahera, dan pulau-pulau lainnya di Indonesia bagian timur
belum terlihat bentuknya, juga bagian utara Kalimantan masih belum muncul.
Pada 30 juta tahun yang
lalu, lengan utara Sulawesi mulai terbentuk bersamaan dengan jalur Ofiolit
Jamboles. Sedangkan jalur Ofiolit sulawesi Timur masih berada di belahan bumi
selatan.
Pada 20 juta tahun yang
lalu kontinen-kontinen mikro bertumbukan dengan jalur ofiolit Sulawesi Timur,
dan laut Maluku membentuk sebagai bagian dari Laut Filipina. Laut cina selatan
mulai membuka dan jalur tunjaman di utara Serawak – Sabah mulai aktif.
Selanjutnya Australia dan Papua bergerak mendorong ke arah utara sehingga
Kalimantan dan pulau-pulau di Indonesia Timur berotasi berlawanan arah dengan
gerak jarum jam.
Pada 10 juta tahun yang
lalu, nemua mikro Tukang Besi – Buton bertumbukan dengan jalur ofiolit di
Sulawesi Tenggara, tunjaman ganda
terjadi di kawasan Laut Maluku, dan laut Serawak terbentuk di Utara Kalimantan.
Sulawesi mulai terbentuk yamg merupakan gabungan dari setidaknya tiga unsur
dari lokasi berbeda. Kemudian diikuti dengan terbentuknya pulau-pulau di daerah
Laut Banda dan Laut Halmahera. Kalimantan menjadi utuh dengan menyatunya bagian
utara yang berasal dari unsur diutaranya. Demikian juga Papua posisinya sudah
lebih mendekat ke Indonesia.
Pada 5 juta tahun yang
lalu, benua mikro Banggai-Sula bertumbukan dengan jalur ofiolit Sulawesi
Timur, dan mulai aktif tunjaman miring
di utara Papua Nugini. Sulawesi yang merupakan pulau terbesar termuda di
Indonesia, terbentuk menjadi sempurnya seperti sekarang sejak 5 juta tahun yang
lalu.
Perkembangan
geodinamika Indonesia
Indonesia dikenal
sebagai wikayah yang mempunyau tatanan geologi yang unik dan rumit. Keunikan
dan kerumitan kondisi geologi ini sudah banyak diuraikan oleh para peneliti
terdahulu dengan berbagai pendekatan konsep tektonik klasik. Konsep tektonik
klasik adalah konsep yang berpandangan bahwa terbentuknya geosiklin sampai
pegunungan terjadi pada tempat yang tetap.
Namun pada dasarnya
konfigurasi tektonik Indonesia saat ini merupakan representasi dari hasil
pertemuan konvergen tiga lempeng sejak zaman Neogen. Pola dan perkembangan
tektonik Indonesia terjadi lebih mudah dipahami dengan menerapkan pola
pemikiran tektonik yang baru, yaitu berdasarkan pola pemikiran konsep tektonik
mobilist, antara lain konsep pengapungan benua, konsep tektonik lempeng atau
konsep tektonik global.
Sartono (1990)
menggabungkan teori klasik dan mobilist dengan mengemukakan bahwa tatanan
tektoonik Indonesia selama Neogen dipengaruhi oleh tatanangeosiklin Larami.
Busur-busur geosiklin ini merupakan zona akibat proses tumbukan kerak kontinen
dan oseanik. Kerak kontinen yang bekerja pada waktu itu terdiri dari kerak
kontinen Australia, kerak kontinen Cina bagian selatan, benua mikro Sunda,
kerak oseanik pasifik, dan kerak oseanik Sunda. Tumbukan Larami tersebut
membentuk busur-busur geosiklin Sunda, Banda, Kalimantan bagian utara, dan
Halmahera-Papua. Peta anomali gaya berat dapat menunjukkan dengan baik pola
hasil tektonik ini.
Berankag dari teoru
tektonik lempeng, kepualauan Indonesia dianggap sebagai jalur produk tumbukan
tiga lempeng litosfer yaitu (1) Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara,
(2) lempeng Pasifik yang bergerak ke barat, dan (3) Lempeng Eurasia yang
bergerak relatif ke selatan. Berdasarkan pengukuran Very-long Baseline Inferometry, VLBI (Pratt, 2001) diketahui bahwa
saat ini lempeng oseanik Indo-Australia bergeer ke barat-laut dengan kecepatan
rata-rata 5,5 – 7 cm pertahun; lempeng oseanik Pasifik bergeser ke barat laut
dengan kecepatan rata-rata lebih dari 7 cm pertahun; dan lempeng kontinen
Eurasia yang bergeser ke arah barat daya dengan kecepatan rata-rata 2,6 – 4,1
cm pertahun.
Busur sunda adalah
produk geodinamika regional. Sistem penunjaman sunda merupakan salah satu
contoh yang baik untuk menunjukkan hudungan geodinamika Indonesia dengan
geodinamika regional. Sistem penunjaman sunda berawal dari sebelah barat Sumba,
yang menerus ke Bali, Jawa, dan Sumatera sepanjang 3.700 km, serta berlanjut ke
Andaman-Nicobar dan Burma. Busur ini menunjukkan morfologi berupa palung,
pungung muka busur, cekungan muka busur, dan busur vulkanik. Arah penunjaman
menunjukkan beberapa variasi, yaitu relatif menunjam tegak lurus di Sumba dan
Jawa serta menunjam miring di sepanjang Sumatera, kepulauan Andaman, dan Burma.
Kemiringan ini terjadi karena adanya oerbedaan arah gerak dengan arah tunjaman
yang tidak 90o . sistem penunjaman Sunda ini merupaka tipe busur
tepi kontinen sekaligus busur kepulauan, yang berlangsung selama Kenozikum
Tengah-Akhir (Katili, 1989). Menurut Hamilton (1979) Palung Sunda bukan
menunjukkan batas litosfer Samudera India, tetapi meupakan salahsatu jejak
sistem pnunjaman busur Sunda.
Busur vulkanik yang
sekarang aktif di atas zona Benioff berada ada kedalaman 100-300 km. Jalur
magmatik ini berubah dari kecenderungan bersifat kontinen diSumatera,
transisional di Jawa ke busur kepulauan (oceanic
island arc) di Bali dan Lombok. Komposisi ulkanik muda bervariasi secara
sistematis yang berkesesuaian antara karakter litosfer dengan magma yang
dierupsikan.
Berdasaran
karakteristik morfologi, ketebalam emdapan palung busur dan arah penunjaman,
busur Sunda dibagi menjadi beberapa propinsi. Dari timur ke barat terdiri dari
Propinsi Jawa, Sumatera Selatan dan Tengah, Sumatera Utara – Nicobar, Andaman,
dan Burma. Di antara Propinsi jawa dan Sumatera Tengah – Selatan terdapat Selat
Sunda yag merupakan batas tenggara lempeng Burma.
Propinsi Jawa bermula
dari Sumba sampai Selat Sunda . di propinsi ini palung Sunda mempunyai
kedalaman lebih dari 6.000 m. Saat ini konvergensi sepanjang Propinsi Jawa
mencapai 7,5 cm pertahun dengan sudut penunjaman antara 5 o- 8
o. Sedimen memiliki ketebalan antara 200-900 m . imbrikasi di bawah
punggung mka busur mempunyai ketebalan leih dari 10 km. Palung hanya berisi
sedmen tipis dengan sedikit sedimen pelagis.
Kerangka tektonik utama
antara Jawa dan Sumatera secara umum dipotong oleh Selat Sunda yang dianggap sebagai
zona diskkontinuitas. Selat Sunda adalah unsur utama pemisah Propinsi Jawa dan
Sumatera di busur Sunda. Selat ini diasusiansebagai batas tengara Lempeng
Burma, namun apabila diermati dari data geofisika, batas Jawa dan Sumatera
terletak di sekitar Banten dan Jawa Barat.
Propinsi Sumatera
selatan dan Tengah mempunyai kedalaman palung yang berangsur menurun dari
6.000-5.000 m. Sedimen dasar palung mempunyai ketebalan sekitar 2 km di utara
dan 1 km di selatan. Penunjaman miring dengan komponen penunjaman menurun ke
utara antara 7-5,7 cm pertahun. Komponen pergeseran lateral yang bekerja di
lempeng ini diasumsikan sangat berperan dalam embentuk sistem strike slip fault Sumatera.
Sedangkan di Propinsi
Sumatera Utara – Nikobar, di sebelah barat Pulau Simeulue sumbu panjang menajam
ke barat, dan di barat-laut Pulau Simeulue cenderung ke utar – barat laut.
Palung mempunyai kedalaman berkisar antara 3.500-5.000 m. Pertemuan di
sepanjang propinsi ini sangat miring dan kecepatan penunjaman ke arah utara
mengalami penurunan 5,6-4,1 cm pertahun.
Di Pulau Andaman palung
cenderung berarh utara-selatan dengan kedalaman sekitar 3.000m. Di propinsi ini
pertemuan lempeng sangat miring, dengan besar kisaran kecepatan penunjaman
berkisar antara 0,7-0,2 cm pertahun. Komponen lateral ini dipengaruhi leh
pemekaran di laut Andaman, dengan lepeng Burma memisah ke arah barat daya dari
lempeng Eurasia.
Palng Burma mempunyai
kedalaman kurang dari 3.000m. Disini punggungan muka busur menjadi punggungan
Indoburman dan cekung muka busur menjadi palung sebelah barat dari Lembah
Burma. Sudut penunjaman sangat miring dan ketebalan endapan di propinsi ini
antara 8.00-10.000m. Komponen gerak lateral ini mempengaruhi terbentuknya sesar
Sagaing di Burma.
Sesar Sumatera dan
Pulau Sumatera merupakan prodk geodinamika Busur Sunda, keduanya merupakan
contoh rinci yang menarik untuk menunukkan akibat tektonik regional pada pola
tektonik lokal. Pulau Sumatera terusun atas dua bagian utama, sebelah barat
didominasi oleh keberadaan lempeng oseanik,sedangkan di sebelah timur
didominasi oleh keberadaan lempeng kontinen. Berdasarkan gaya gravitasi,
magnetisme dan seismik diperoleh ketebalan oseanik sekitar 20 km dan ketebalan
lempeng kontinen sekitar 40 km (Hamilton, 1979)
Tatanan tektonik
regional sangat mempengeruhi perkembangan busur Sunda. Di bagian barat,
pertemuan subduksi antar lempeng kontinen Eurasia dan lempeng oseanik Australia
mengkontruksikan busur Sunda sebagai istem busur tepi kontinen (epi-continent arc) yang relatif stabil,
sementara di bagian timur pertemuan subduksi antar lempeng oseanik Australia
dan lepeng-lempeng mikro Tersier mengkntribusikan sistem busur Sunda sebaai
busur kepulauan (island arc) yang
lebih stabil.
Perbedaan sudut
penunjaman antara Jawa dan Sumatera Selatan di busur Sunda mendorong pada
kesimpulan bahwa batsa busur Sunda yang mewakili sistem busur kepulauan dan
busur tepi kontinen terletak di Selat Sunda. Kesimpulan tersebut akan
menyisakan pertanyaan, karena pola kenampakkan anomali gaya berat menunjukkan
bahwa pola struktur Jawa bagian barat yang cenderung lebih sesuai dengan pola
Sumatera dibanding dengan pola struktur Jawa bagian timur. Secara vertikal
perkembangan struktur masih menyisakan permasalahan namun jikan dilakukan
perbandingan dengan struktur cekungan Sumatera Selatan, struktur-struktur di
Pulau Sumatera secara vertikal berkembang sebagai struktur bunga tektonik
Indonesia Barat dan Timur.
Tatanan tektonik
Indonesia bagian barat menunjukkan pola yang relatif lebih sederhana
dibandingkan Indonesia tiut. Kesederhanaan tatanan tektonik tersebut
dipengaruhi oleh keberadaan Paparan Sunda yang relatif stabil. Pergerakan
dinamis menyolok hanya terjadi pada perputaran Kalimantan serta pergerakan
selat Makassar. Hal ini terlihat pada pola persebaran jalur subduksi Indonesia
Barat (Katili dan Hartono, 1983, dan Katili, 1986 dalam Katili, 1989).
Sementara keberadaan benua mikro yang dinamis karena dipisahkan oleh banyak
sistem sesar (Katili, 1973 dan Pigram dkk., 1984 dalam Sartono, 1990) sangat
mempengaruhi bentuk kerumitan tektonik Indonesia bagian timur.
Pada umumya pertemuan
lempeng-lemeng tektonik tersebut di Indonesia berbentuk zona subduksi yang
mengakibatkan terbentuknya palun laut, basin, pengunungan, sesar serta
aktivitas magma, dan gempa bumi. Baian permukaan yang naik sampai melewati muka
laut membentuk pulau sedangkan yang tetap berada di bawah laut merupakan gunung
bawah laut.
perkembanga tektonik
wilayah ini memberikan indikasi bahwa kepulauan Indonesia merupakan salah satu
kawasan yang aktif dan relatif muda di mka bumi ini. Kegiatan tektonik yang
memuncak pada kala Neogen menempatkan kawasan Indonesia menjadi pusat pertemuan
tiga lempeng utama buni yang berinteraksi, bergerak saling menumpu.
Kegiatan tektonik ini
membentuk knfiguasi fisiografi dan tektonik Indonesia yang bercirikan archipelago di kawasan katulistiwa
dengan berbagai rangkaian pegunungan lipatan dan sesar di hampir semua pulau
besar dengan puncak-puncak sampai ketinggian lebih dari 3.00 meter diatsa
permukaan laut dam palung laut sampai kedalaman 6.000 meter dibawah permukaan
laut.
Papua yang merupakan
bagian dari lempang Australia sebelmnya berada jauh diselatan dan bergerak ke
arah utara mendekati khatulistiwa atau Indonesia. Di bagian utara Papua Barat
batas lempeng Indo-Australia dengan lempeng pasifik berupa sesar geser
sedangkan di wilayah Papua Timur bagian utara terdapat zona subduksi.
Dataran Sunda merupakan
laut yang dangkal sedangkan Laut Banda, Laut Sulawesi dan Laut Sulu adalah
berupa laut dalam. Palung laut dalam ditemui pada batas lempeng, yaitu mulai
dari barat Sumatera, selatan Jawa-Nusatenggara, melingkar di daerah Laut Banda
dan di beberapa tempat di Laut Maluku. Sumatera, Jawa, dan Nusatengara yang
membentuk satu busur yang panjang dimana Lempeng Indo-Australia menunjam di bawah
Lempeng Eurasia sering disebut dengan zona Busur Sunda.
Berdasarkan disribusi
gemba bumi terhadap kedalaman, secara umum zona subduksi di Indonsia dapat
dibedakan atas empat bentuk : (1) zona penunjaman pendek seperti di Sumatera,
(2) Zona penunjaman panjang seperti di Jawa sampai Nusatenggara, (3) zona
penunjaman berbentuk cekung seperti di Laut Banda, (4) zona penunjaman
beerbentuk cembung seperti di Laut Maluku. Zona subduksi ini membentuk 5 suture di wilayah Indonesia yaitu suture Sulawesi, Kalimantan, Maluku,
Sorong, dan Banda.
Wilayah Indonesia yang
merupakan kepulauan meyebabkan sebagan besar dari pusat gempana berada di bawah
laut. Gempa dangkal di bawah laut dapat menimbulkan tsunami, di Indonesia
tercatat rata-rata terjadi tiga tsunami pertahun. Gempa bumi pada 26 Desember
2004 di Aceh mengakibatkan terjadi mega tsunami yang gelombangnya mencapai
Somalia dan Tanzania di Afrika dan merupakan salah satu tsunami terbesar di
dunia.
Sebagian besar daerah
pantai di Indonesia rwan bencana tsunami, meliputi Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Bengkulu, Lampugn, sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa, Bali,
Nusatenggara, Sulawesi terutama bagian barat, tengah dan utara, bagian timur
Kalimantan, pulau-pulau di Maluku, dan bagian kepala burung dan utara Papua.
BalasHapusmantap min, makasih, di cantumkan gambar lebih bagus min..
According to Stanford Medical, It's indeed the one and ONLY reason women in this country get to live 10 years longer and weigh on average 42 pounds lighter than we do.
BalasHapus(And really, it has absolutely NOTHING to do with genetics or some secret-exercise and EVERYTHING around "HOW" they are eating.)
BTW, What I said is "HOW", and not "what"...
TAP this link to discover if this little quiz can help you find out your true weight loss potential